Minggu, 14 Juni 2009

Dan Cinta Pun Bertasbih

Anna tidak sabar untuk segera bertemu Azzam. Selesai
shalat Isya ia berharap Azzam akan dibawa Abahnya langsung
ke rumah. Tapi Abahnya malah meminta Azzam untuk
memberikan pengajian Tafsir
Jalalain. Dengan agak berat
Azzam maju ke mimbar pesantren. Ia
meminjam kitab Tafsir
seorang santri. Di atas mimbar setelah membaca hamdalah,
Azzam berkata,
”Para santri Pesantren Wangen yang saya cintai. Jujur
saya tidak siap untuk membacakan Tafsir Jalalain. Saya tidak
punya persiapan apa- apa. Saya tidak mau ngawur dalam
memahami tafsir ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebagai gantinya
saya akan sedikit bercerita saja. Semoga ada gunanya.
Saya awali dari sebuah kisah yang sangat menggugah
saya. Suatu siang, saat saya masih kuliah di Universitas Al
473
Azhar Kairo, sekitar tahun 1999 saya membeli majalah Al ij’uu
Al Islami yang diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait.
Sampai di flat, karena lelah, yang saya baca dulu adalah
suplemen majalah itu. Yaitu majalah tipis untuk anak,
namanya Bara’imul Iman.
Dalam keadaan lelah saya memang biasa membaca
bacaan yang ringan dan menghibur. Pokoknya harus tetap
membaca. Termasuk majalah anak-anak. Bahkan, saat itu saya
juga sering membaca komik Donal Bebek versi bahasa
Arabnya. Selain ringan, lucu, menghibur, seringkali saya juga
menemukan kosa kata baru dan lucu dalam bahasa Arab. Jadi
dalam lelah pun masih tetap bisa mendapatkan manfaat
berlipat.
Di majalah Bara’imul Iman yang saya pegang itu saya
menemukan sebuah kisah yang sangat bergizi dan memotivasi.
Sebuah kisah fabel yang sangat menggugah dan inspiratif
judulnya Kisah Seekor Anak
Singa.
Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa
yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah
itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu
kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu.
Bayi singa itu menggerak- gerakkan tubuhnya yang lemah.
Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat
anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah
nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan
membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang.
Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa
tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus
mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian
474
dari keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar
dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas
kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak-
anak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga layaknya
kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu
pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik
bukan mengaum!
la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan
kambing- kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa
bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala
buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-
kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing
yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi
serigala.
”Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan
aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!”
Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar
dan kekar.
Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah
komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah
berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-
kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan.
Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu
tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing
yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan
dibawa lari serigala.
475
Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas
dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan
nanar dan marah,
”Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu
bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir
serigala yang jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham
dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa
takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak
singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-
apa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali
memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk
kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala.
Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa
itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap
sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan
menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang
melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan
cengkeramannya.
Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah,
ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu
berteriak keras,
”Emmbiiik!”
Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang
untuk menyeruduk lagi.
476
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan
licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah
singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan
kambing.
Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram
marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau
singa bermental kambing itu!
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan
kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan
kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu
merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu
terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh.
Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan
rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa
singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa
adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang
anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap
menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk
kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang
sang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan
auman yang dahsyat!
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu
juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala
langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam
kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan
kambing itu ada seekor anak singa.
477
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak
singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran
kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar
anak singa itu dan berkata,
”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing!
Aku tak akan memangsa anak singa!”
Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu
terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi
malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu
tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
”Jangan bunuh aku, ammpuun!”
”Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak
membunuh anak singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata,
“Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya
bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara
kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana
mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental
kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau.
Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu
sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu
melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan
dengan singa dewasa.
478
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut,
“Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama
dengan singa, si raja hutan!”
”Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak
kambing!” Tegas singa dewasa.
”Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
”Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa
dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana
menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa.
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh
wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu
menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum,
menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas
itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak
singa itu. Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah
perkasa!”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan
jangan kondisi kita, dan sebagian besar orang di sekeliling kita
mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa
mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya.
Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa
adanya, biasa- biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan
479
terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam
tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan
kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya.
Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya.
Saya amati orang-orang di sekitar saya. Di antara mereka
ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan
prestatif. Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia
harus hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat
dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya adalah kumpulan
prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan
menghadap semakin besar pula semangatnya untuk
menaklukkannya.
Namun tidak sedikit yang hidup apa adanya. Mereka
hidup apa adanya karena tidak memiliki arah yang jelas. Tidak
faham untuk apa dia hidup, dan bagaimana ia harus hidup.
Saya sering mendengar orang-orang yang ketika ditanya,
“Bagaimana Anda menjalani hidup Anda?” atau
“Apa prinsip hidup Anda?”, mereka menjawab dengan
jawaban yang filosofis,
”Saya menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai
saja.” Tapi sayangnya mereka tidak benar-benar tahu filosofi
’mengalir bagaikan air’. Mereka memahami hidup mengalir
bagaikan air itu ya hidup santai. Sebenarnya jawaban itu
mencerminkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengisi
hidup ini. Bagaimana cara hidup yang berkualitas. Sebab
mereka tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka? Potensi
terbaik apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada
mereka. Bisa jadi mereka sebenarnya adalah ’seekor singa’ tapi
tidak tahu kalau dirinya ’seekor singa . Mereka menganggap
480
dirinya adalah ’seekor kambing sebab selama ini hidup dalam
kawanan kambing.
Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang
dimaknai dengan hidup santai saja, atau hidup apa adanya
bisa dibilang
prototipe, gaya hidup sebagian besar penduduk
neger i ini. Bahkan
bisa jadi itu adalah gaya hidup sebagian
besar masyarakat dunia Islam saat ini.
Ketika saya pulang kampung, setelah sembilan tahun
meninggalkan kampung halaman untuk belajar di Cairo, saya
menemukan tidak ada perubahan berarti di kampung halaman
saya. Cara berpikir masyarakatnya masih sama. Cara hidupnya
masih sama saja. Pak Anu yang ketika saya masih di SD dulu
kerjanya menggali sumur, sampai saya pulang dari Mesir,
bahkan sampai saat saya berdiri di mimbar ini juga berprofesi
menggali sumur. Bu Anu yang dulu kerjanya menjual air
memakai gerobak sampai sekarang juga tidak berubah. Mbak
Anu yang dulu jualan krupuk sambal di dekat SD sampai
sekarang juga masih di sana dan berjualan dagangan yang
sama.
Bahkan teman-teman yang dulu ketika di bangku sekolah
dasar terlihat begitu rajin dan cerdas, yang dulu pernah bercita-
cita mau jadi ini dan itu dan saya berharap ia telah meraih cita-
citanya sekian tahun berpisah ternyata jauh panggang dari api.
Orang-orang yang dulu hidup memprihatinkan ternyata sampai
sekarang tidak berubah. Kenapa tidak berubah?
Jawabnya karena mereka tidak mau berubah.
Kenapa tidak mau berubah?
Jawabnya karena mereka tidak tahu bahwa mereka harus
481
berubah. Bahkan kalau mereka tahu mereka harus berubah,
mereka tidak tahu bagaimana caranya berubah. Sebab mereka
terbiasa hidup pasrah. Hidup tanpa rasa berdaya dalam keluh
kesah. Dan cara hidup seperti itu yang terus diwariskan turun-
temurun.
Ada seorang sastrawan terkemuka, yang demi melihat
kondisi bangsa yang sedemikian akut rasa tidak berdayanya
sampai dia mengatakan,
”Aku malu jadi orang Indonesia!”
Di mana-mana, kita lebih banyak menemukan orang
orang bermental lemah, hidup apa adanya dan tidak terarah.
Orang-orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan
oleh Allah kepadanya. Orang- orang yang rela ditindas dan
dijajah oleh kesengsaraan dan kehinaan. Padahal sebenarnya
jika mau, pasti bisa hidup merdeka, jaya, berwibawa dan
sejahtera.
Tak terhitung berapa jumlah masyarakat negeri ini yang
bermental kambing. Meskipun sebenarnya mereka adalah
singa!
Banyak yang minder dengan bangsa lain. Seperti
mindernya anak singa bermental kambing pada serigala dalam
kisah di atas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa
besar! Ummat ini adalah ummat yang besar!
Bangsa ini sebenarnya adalah singa dewasa yang
sebenarnya memiliki kekuatan dahsyat. Bukan bangsa
sekawanan kambing. Sekali rasa berdaya itu muncul dalam
jiwa anak bangsa ini, maka ia akan menunjukkan pada dunia
bahwa ia adalah singa yang tidak boleh diremehkan
482
sedikitpun.
Bangsa ini sebenarnya adalah Sriwijaya yang perkasa
menguasai nusantara. Juga sebenarnya adalah Majapahit yang
digjaya dan adikuasa. Lebih dari itu bangsa ini, sebenarnya,
dan ini tidak mungkin disangkal, adalah ummat Islam terbesar
di dunia. Ada dua ratus juta ummat Islam di negeri tercinta
Indonesia ini.
Banyak yang tidak menyadari apa makna dari dua ratus
juta jumlah ummat Islam Indonesia. Banyak yang tidak sadar.
Dianggap biasa saja. Sama sekali tidak menyadari jati diri
sesungguhnya.
Dua ratus juta ummat Islam di Indonesia, maknanya
adalah dua ratus juta singa. Penguasa belantara dunia. Itulah
yang sebenarnya. Sayangnya, dua ratus juta yang sebenarnya
adalah singa justru bermental kambing dan berperilaku
layaknya kambing. Bukan layaknya singa. Lebih
memperihatinkan lagi, ada yang sudah menyadari dirinya
sesungguhnya singa tapi memilih untuk tetap menjadi
kambing. Karena telah terbiasa menjadi kambing maka ia malu
menjadi singa! Malu untuk maju dan berprestasi!
Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang memilih
tetap menjadi kambing itu menginginkan yang lain tetap
menjadi kambing. Mereka ingin tetap jadi kambing sebab
merasa tidak mampu jadi singa dan merasa nyaman jadi
kambing. Yang menyedihkan, mereka tidak ingin orang lain
jadi singa. Bahkan mereka ingin orang lain jadi kambing yang
lebih bodoh!
Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah
telah memberi predikat kepada kita sebagai ummat terbaik di
483
muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi ummat terbaik.
Jangan bermental ummat yang terbelakang. Allah berfirman,
“Kalian adalah sebaik-
baik ummat yang dilahirkan untuk
manusia, karena kalian menyur uh berbuat yang makruf,
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.!”
3 5
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!”
Pidato motivasi yang disampaikan Azzam membuat dada
para santri membara oleh semangat. Ketika Azzam turun, ia
langsung disambut dengan takbir yang menggema di seluruh
masjid. Pak Kiai Lutfi langsung memeluknya erat-erat dan
mengatakan,
“Aku cinta padamu Nak! Ini aku hadiahi kamu sorban
yang paling kucintai, sorban pendiri pesantren ini!” Azzam
menerima sorban itu dengan linangan air mata.
* * *
Dengan hati bergetar Azzam mengiringi Kiai Lutfi ke
rumah. Ia lihat dengan ujung matanya Anna dan Umminya
sudah masuk duluan. Ia sudah punya isteri. Inilah rezeki
yang tidak di sangka-sangka datangnya.
Begitu sampai Bu Nyai Nur langsung berkata kepadanya,
“Langsung naiklah ke atas Nak! Isterimu sudah menunggu
di sana. Di atas cuma ada dua kamar, perpustakaan dan kamar
isterimu. Kamar isterimu yang ada di sebelah kanan. Yang
35
Ali Imran: 110
484
pintunya ada tulisannya Anna .”
Azzam agak ragu.
”Jangan ragu, naiklah! Ini juga rumahmu.” Kata Kiai Lutfi
menguatkan.
Azzam naik ke atas. Hatinya berdegup kencang ketika
sampai di sebuah kamar yang ada tulisannya Anna. Ia ketuk
kamar itu pelan sambil mengucapkan salam. Ada suara yang
bening menjawab dari dalam. Pintu terbuka perlahan. Dan
tampaklah bidadari itu di hadapannya. Azzam masuk. Anna
mengunci pintunya. Azzam memandang Anna dengan mata
berkaca-kaca. Anna memakai jilbab dan baju birunya. Jilbab
dan baju biru yang ia kenakan saat pertama bertemu di Cairo.
Saat ia menolong gadis yang kini jadi isterinya itu dengan
memberinya tumpangan taksi.
Anna menunduk malu. Dalam terpaan temaram cahaya
lampu tidur Anna tampak begitu jelita. Bau harum wangi
yasmin merasuk jiwa. Azzam maju dan mengangkat wajah
isterinya, lalu lirih berkata,
”Apakah kamu ridha dinikahkan Abahmu denganku?”
Anna menganggukkan kepala. Ternggorokannya tercekak
haru. Ia seperti tak mampu bicara.
”Kalau begitu duduklah, aku akan membacakan doa
barakah.”
Anna menuruti perintah Azzam. Ia duduk di samping
ranjang. Azzam duduk di samping isterinya. Ia meletakkan
sorban pemberian Kiai Lutfi ke ranjang, lalu pelan tangan
485
kanannya memegang ubun- ubun isterinya dan membacakan
doa barakah yang diajarkan Rasulullah. Ann mengamini
dengan air mata meleleh.
”Ayo kita sholat dulu!”
”Baik Mas.”
Mereka mengambil air wudhu lalu shalat. Selesai shalat
Azzam berdoa lagi. Anna mengamini. Setelah itu perlahan
Anna melepas mukenanya. Di balik mukena Anna memakai
baju dan bawahan biru. Azzam berdiri dan berkata pada Anna,
”Maaf Dik, aku harus pulang.”
”Pulang ke mana?”
”Ke Sraten. Kasihan Husna dan Lia.”
”Mas tidak boleh pulang. Malam ini harus tidur di kamar
ini.”
”Mereka nanti cemas kalau Mas tidak pulang.”
”Jangan khawatir Husna tadi sudah aku beritahu lewat
handphone, sebelum Mas masuk kamar ini. Dia titip salam.”
”Tapi aku harus pulang, ada urusan yang Husna tidak
tahu.”
”Apa itu?”
”Memberi bumbu adonan bakso.”
486
”Apakah bakso itu lebih berharga dari isterimu ini Mas.”
”Tidak Dik, tentu kamu lebih berharga. Bahkan dibanding
dengan dunia seisinya.”
”Kalau begitu sekarang lakukanlah tugasmu sebagai
seorang suami.” Ucap Anna pelan.
Jari-jari Anna memegang kancing baju birunya. Azzam
melihat dengan hati bergetar.
”Tunggu isteriku!”
“Kenapa?”
Azzam maju lalu perlahan mencium kening isterinya.
Dengan suara halus Azzam berkata kepada isterinya,
“Ini bukan tugasmu, ini tugas suamimu!” Ia merebahkan
isterinya pelan-pelan. Dengan mata berlinang Anna berkata,
“Mas Azzam, aku punya puisi untukmu, mau kamu
mendengarkan?”
Azzam mengangguk dengan tangan terus bekerja untuk
menyempurnakan ibadah dua insan yang dimabuk cinta. Anna
berkata kepada Azzam:
Kaulah kekasihku Bukalah cadar ku Sentuh suteraku
Muliakan mahkotaku Nikmati jamuanku Jangan khianati aku!
Azzam tersenyum, lalu mencium kembali kening isterinya.
Lalu ia membalas,
487
Bismillah, Kemaril ah cintaku Akan kubuka cadarmu
dengan cintaku Akan kusentuh suteramu dengan cintaku Akan
kumuliakan mahkotamu dengan cintaku Dan kunikmati
jamuanmu dengan cintaku Tak mungkin aku mengkhianatimu
Karena aku cinta padamu
Kedua insan itu bertasbih menyempurnakan ibadah
mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah
para nabi dan rasul yang mulia. Malam begitu indah.
Rembulan mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan
bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Malam itu
Azzam dan Anna merasa menjadi hamba yang sangat disayang
Tuhan.
Selesai shalat subuh, Azzam membaca Al Qur’an disimak
oleh isterinya tersayang. Setengah juz ia baca dengan tartil dan
penuh penghayatan. Ia telah melewatkan malam yang tak akan
terlupakan selama hidupnya. Anna tampak begitu ranum dan
segar. Senyumnya mengembang ketika suaminya selesai
membaca Al Qur’an.
”Mau apa pagi ini sayang?” Tanya Anna.
”Terserah kamu.”
”Bagaimana kalau kita buka internet. Aku akan beritahu
teman- teman di Cairo bahwa aku sudah tidak janda lagi.”
”Boleh, tapi di mana kita buka internet?”
”Di kamar samping. Komputernya ada line internetnya.”
”Baik. Ayo kita ke sana.”
488
Suami isteri itu lalu beranjak ke perpustakaan dan
membuka internet. Ketika mereka sedang berduaan di depan
komputer, Kiai Lutfi masuk ke perpustakaan. Kiai Lutfi
tersenyum, lalu balik kanan, sebelum pergi Kiai Lutfi bertanya
pada Anna dengan nada canda,
”Nduk bagaimana jago yang Abah pilihkan?”
”Pilihan Abah tepat. Jagonya lebih hebat dari elang!”
Jawab Anna sekenanya.
Azzam langsung menguyek-uyek kepala isterinya dengan
rasa cinta dan sayang.
Anna melihat inbox emailnya. Email terbaru dari Furqan.
Ia ingin melewati email itu, tapi Azzam berkata,
“Coba buka emailnya apa isinya?”
Mau tidak mau Anna membuka email mantan suaminya
itu. Pelan- pelan email itu mereka baca berdua:
Untuk Anna Di Kartasura
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakaatuh. Semoga kamu, Abahmu, Ummimu, dan
seluruh keluarga-
**MISSING TEXT***
****

Karena dipaksa, ya baiklah, dengan senang hati isteriku.”
Ucap Azzam pelan di telinga isterinya.
489
Mereka berdua kembali ke kamar dan menutup pintu
kamar. Anna kembali membacakan puisinya dengan sepenuh
jiwa, Azzam menjawab dengan suara bergetar,
Akan kumuliakan mahkotamu dengan cintaku Dan
kunikmati jamuanmu dengan cintaku Tak mungkin aku
mengkhianatimu Karena aku cinta padamu
Kedua insan itu kembali bertasbih menyempurnakan
ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti
sunnah para nabi dan rasul yang mulia. Pagi begitu indah.
Sang Surya mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan
bergoyang-goyang bertasbih dan bersembahyang. Pagi itu
Azzam dan Anna kembali merasa menjadi hamba yang sangat
disayang Tuhan.
Fa biayyi aalaai Rabbikuma
tukadzibaan!
Selesai
Selesai
Selesai
Selesai
Candiwesi, Salatiga-Ciputat-Kukusan, Depok:
Oktober-Nopember 2007
Alhamdulillah wash shalatu was salamu ’ala Rasulillah.
490
TENTANG NOVEL BERIKUTNYA
Alhamduliltah, dengan rahmat dan taufiq dari Allah Azza wa
Jalla
dwilogi “Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2” berhasil penulis
rampungkan. Dengan berleleran keringat dan berdarah-darah
Azzam akhirnya berhasil meraih apa yang diikhtiarkannya.
Namun di hadapan Azzam masih terbentang seribu satu
tantangan kehidupan. Tanggung jawabnya setelah rnenikah
dengan Anna Althafunnisa justru semakin berat. Azzam tak
akan pernah benar-benar beristirahat. Memang demikianlah
seorang Muslim sejati seharusnya.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menjelaskan,
bahwa seorang Muslim sejati akan benar-benar istirahat adalah
jika kedua kakinya telah menginjakkan pintu Surga. Sebelum
itu tak ada istirahat, yang ada adalah ikhtiar dan terus ikhtiar
untuk menggapai cinta dan ridha Allah Swt.
Lalu bagaimanakah nasib Eliana, Furqan, Husna, Zumrah,
juga Fadhil dan Cut Mala? Juga nasib Husna dan kedua
adiknya?
Tentang perjuangan hidup Husna selanjutnya, juga
perjuangan Eliana untuk mendapatkan hidayah di tengah
tengah kehidupan hedonis yang mengepungnya, serta
perjuangan Furqan untuk kembali bangkit menciptakan masa
depannya insya Allah penulis sedang menyiapkan novel
pembangun jiwa berikutnya berjudul:
+
DARI SUJUD KE SUJUD.
Kepada segenap pembaca yang penulis cintai; mohon
491
doanya, semoga novel DARI SUJUD KE SUJUD segera bisa
penulis selesaikan. Semoga Allah Swt. senantiasa mencurahkan
hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Wallahu waliyyut taufiq wal hidayah.
Salam cinta dan
ta’zhim, Habiburrahman El Shirazy 429 KITAB-KITAB
YANG MENDAMPINGI PENULISAN NOVEL INI:
Al Fiqh Al
Islami Wa Adillatuhu, Pr of. Dr. Wahbah Zuhaili, Dar Al
Fikr Al
Mu’ashir, Damaskus, 2006
Al Hikam, Al Imam Ibnu ’Athaillah Al Sakandari, Thaha
Putra,
Semarang, Tanpa Tahun
Al Islam Aqidatun Wa Syari’atum Al Imam Al Akbar
Syaikh
Mahmoud Shaltout, Dar Al Syuruq, Cairo, 2004
Al Jami’ Li Ahkami Al Qur’an, Imam Al Qur thubi, Al
Maktabah At
Taufiqiyyah, Cairo, Tanpa Tahun.
Al Mughni, Ibnu Qudamah, Al Maktabah Al Riyadh Al
Haditsah,
Riyadh, Tanpa Tahun.
Al Qawaa’id Al Fiqhiyyah Baina Al Ashaalah Wa At
Taujiih, Prof.
Dr. Muhammad Bakar Ismail, Daar Al Manaar,
Cairo, 1997
Fathul Bari Bi Syarhi Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al
Asqalani,
Dar Al Hadits,1998
Min Taujihat Al Islam, Al Imam Al Akbar Syaikh Mahmoud
Shaltout, Dar Al Syuruq, Cairo, 2004
Shahih Muslim Bi Syarhin Nawawi, Imam Abu Zakariya
An
Nawawi, Dar At Taqwa, Cairo, 2001
Subul Al Salam, Al Imam Al Shan’ani, Thaha Putra,
Semarang, tanpa
tahun
Syar h Al Qawaid Al Fiqhiyyah, Syaikh Ahmad
Muhammad Al
Zarqa, Dar Al Qalam, Damaskus, 1989.
492
PROFIL PENULIS
HABIBURRRAHMAN EL SHIRAZY, lahir di
Semarang, pada
hari Kamis, 30 September 1976. Sasterawan
muda yang oleh wartawan majalah Matabaca dijuluki
“Si Tangan Emas” karena karya-karya yang lahir dari
tangannya dinilai selalu fenomenal dan best seller ini, memulai
pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen
sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar,
Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir
Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya
Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus
(MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu
melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin,
Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Cairo dan selesai pada
tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma
(Pg.D) S2 di The Institute for
Islamic Studies in Cairo yang
didirikan oleh Imam Al-Baiquri
(2001). Profil diri dan karyanya
pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik lokal
maupun nasional, seperti Jawa Post, Koran Tempo, Solo Pos,
Republika, Suara Merdeka, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah,
Tempo, Majalah Swa dll.
Kang Abik—demikian novelis muda ini biasa dipanggil
adik-
adiknya — semasa di SLTA pernah menulis naskah
teatrikal puisi berjudul
“Dzikir Dajjal” sekaligus menyutradai pementasannya
bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang
Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba
menulis artikel seMAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi
pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-
Jateng (diadakan oleh panitia Book Fairx94 dan ICMI Orwil
493
Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat
remaja se-eks Karesidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah
Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Kang Abik juga
pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY
yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Ia juga peraih
Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan
IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio
JPI Surakarta selama satu tahun (1994- 1995) mengisi acara
Syarhil Qur’an setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang
terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se- Jateng yang
diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul
tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian
Remaja.
Ketika menempuh studi di Cairo, Mesir, Kang Abik pernah
memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi
Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo (1996-
1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti
”Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang
diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth)
selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam
perkemahan itu. ia berkesempatan memberikan orasi berjudul
“Tahqiqul Amni
Was Salam Fil *Alam Bil Islam” (Realisasi
Keamanan dan
Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi
tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi
yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional
tersebut. Pernah aktif
di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Cairo (1998-
2000). Dan pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI
Orsat Cairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002).
Sastarawan muda ini juga pernah dipercaya untuk duduk
494
dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama
yang berpusat di Cairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya
Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia
(KSI) di Cairo.
Selain itu, Kang Abik, telah menghasilkan beberapa
naskah drama dan menyutradarai pementasannya di Cairo, di
antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana
(gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ’Alim
Wa Thaghiyyah, 2000), Darah
Syuhada (2000). Tulisannya
berjudul, Membaca Insaniyyah al Islam
terkodifikasi dalam
buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok
Kajian MISYKATI Cairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua
Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu menara
“NAFAS PERADABAN” (diterbitkan oleh ICMI Orsat
Cairo, 2000).
Kang Abik, telah menghasilkan beberapa karya
terjemahan, seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin
Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah
Ilallah (Era Intermedia, 2004),
dll. Cerpencerpennya termuat
dalam antologi Ketika Duka
Tersenyum (FBA, 2001), Merah di
Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004)
dll.
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik
diundang oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama
lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan puisipuisinya
berkeliling Malaysia dalam momen Kuala Lumpur World
Poetry Reading Ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya.
Puisinya juga termuat dalam Antologi
Puisi Dunia PPDKL
(2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang
diterbitkan
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa,
495
Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia yang lain, puisi
Kang
Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-
2002) yang
diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia (2004).
Pada medio pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di
Tanah Air, saat itu juga, ia langsung diminta menjadi
kontributor penyusunan
Ensiklopedi Intelektualisme Pesantren;
Potret Tokoh dan Pemikirannya,
(terdiri atas tiga jilid dan
diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003). Mengikuti
panggilan jiwa, antara tahun 2003 hingga 2004, Kang
Abik
memilih mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta.
Selanjutnya, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 ini, Kang
Abik tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa
Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Selain
menjadi pernah dosen di UMS Surakarta, kini Kang Abik
sepenuhnya mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan
pendidikan lewat karya-karyanya, lewat Pesantren Karya dan
Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang sedang dirintisnya
bersama sang adik tercinta, Anif Sirsaeba dan budayawan
kondang Prie GS di Semarang, dan lewat wajihah dakwah
lainnya.
Berikut ini adalah beberapa karya Kang Abik, yang telah
terbit di Indonesia dan Malaysia dan menjadi karya fenomenal,
bahkan megabestseller di Asia Tenggara, antara lain: Ayat Ayat
Cinta,
Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta,
Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-
Basmala, 2007). Kini
sedang merampungkan Dari Sujud ke
Sujud, Langit Makkah Berwarna
Merah, Bidadari Bermata
Bening dan Bulan Madu di Yer ussalem.
Sastrawan muda yang kini sering diundang di forumforum
nasional maupun internasional ini masih duduk di Pengurus
496
Pusat Forum Lingkar Pena. Dan untuk mendulang manfaat
Kang Abik membuka komunikasi dan silaturrahim kepada
sidang pembaca lewat e-mail: kangabik@yahoo.com.
497