Minggu, 14 Juni 2009

Ikhtiar Mencari Cinta

”Bu’e sudah ingin menimang cucu Zam. Bisnis kamu
sudah berjalan baik. Kapan kamu menikah?” Kata Bu Nafis
suatu malam.
Perempuan itu membuka gorden jendela ruang tamu.
Matanya memandang rembulan yang mengintip di balik
pepohonan. Angin malam menyisir rambutnya yang memutih
dibakar usia. Ia membelakangi putranya yang sedang
mengkalkulasi modal bisnisnya.
”Segeralah menikah Nak! Syukurilah nikmat Allah yang
diberikan kepadamu!”
Lanjut Bu Nafis dengan kedua mata tetap menikmati
rembulan yang bersinar terang. Di balik pepohonan rembulan
301
itu bagai cahaya bidadari yang mengintip malu-malu. Sinar
rembulan menerpa wajah perempuan setengah baya itu.
”Azzam juga ingin segera menikah Bu. Tapi sudah dua kali
ada gadis diajukan ke Azzam dan Azzam cocok tapi ibu yang
tidak berkenan.
Azzam harus bagaimana?” Bu Nafis menarik nafas lalu
menutup gorden jendela. Ia lalu duduk di hadapan putranya.
Kedua matanya yang teduh memandangi wajah putranya yang
bergurat kelelahan dengan penuh kasih sayang.
”Maafkan ibu Nak. Ibu ingin yang terbaik untukmu. Tidak
asal perempuan.”
”Apakah Rina dan Tika itu tidak baik Bu.”
”Ibu tidak bilang Rina dan Tika tidak baik. Mereka baik.
Tapi ibu ingin yang lebih baik lagi. Ibu sedikit punya ilmu
titen
.
Menurut yang ibu amati kok kedua gadis itu kurang
24
cocok untukmu. Mungkin lebih cocok untuk yang lain.”
”Ibu ini pakai ilmu titen segala. Apa itu ilmu titen, itu
bid’ah Bu, itu khurafat!”
Sengit Azzam.
”Kak jangan berkata yang sengit begitu dong sama Bu’e.”
Husna muncul dari kamarnya,
”Menurutku ilmu titen sebenarnya ilmiah.
24
Il mu m eniteni, atau ilm u mengamati sesuatu dari gejala yang diberikan ol eh
alam biasanya berdasarkan penga laman yang berulang-ulang.
302
Tidak bid’ah. Semua kok terus dibid’ahkan. Alangkah
kerdilnya kita menghayati ajaran Allah yang mulia ini kalau
suatu ilmu yang ilmiah terus dibid’ahkan.” Lanjut Husna.
”Terus penjelasannya bagaimana ilmu titen itu ilmiah Na.
Kalau benar-benar ilmiah maka aku akan mencabut
perkataanku.” Kata Azzam kepada adiknya.
”Ilmu titen itu berangkat dari kejelian orang-orang dahulu
meniteni, yaitu mengamati kejadian – kejadian dalam
kehidupan, peristiwa- di alam. Dari pengamatan yang
berulang-ulang itu akhirnya bisa disimpulkan sebuah struktur
kejadian. Dari struktur itulah lahir ilmu titen.
Ilmu titen ini sebenarnya sudah masuk dalam seluruh
aspek kehidupan ummat manusia. Mulai dari manusia paling
primitif sampai manusia paling modern.
”Contoh ilmu titen begini Kak. Sederhananya orang dulu,
zaman dulu sekali tidak tahu ilmu pengetahuan alam. Mereka
tidak sekolah seperti kita. Kalau kita kan sekarang langsung
tahu kalau ada mendung kemungkinan besar akan hujan. Kita
tahu karena dapat dari pelajaran IPA di sekolah. Mendung
pada hakeketnya adalah uap air yang menggumpal. Jika ditiup
angin jadilah hujan. Orang dulu tidak belajar IPA. Mereka itu
mengerti kalau ada mendung pasti akan hujan itu dari
pengamatan yang berulang-ulang. Kok setiap melihat langit
hitam lalu ada petir terus turun air dari langit. Demikian terus
berulang. Akhirnya pengalaman itu menjadi struktur suatu ilmu
bagi mereka yaitu kalau ada mendung maka ada hujan. Itulah
ilmu titen.
”Contoh lain, orang dulu untuk mengetahui gunung mau
303
meletus tidak dengan alat yang canggih yang bisa mendeteksi
berapa kali ada gempa tektonik dari dalam kepundan gunung
itu. Tidak Kak. Mereka tidak punya alat itu. Tapi mereka
mengetahui akan ada gempa dengan melihat gejala alam yang
berulang-ulang. Dengan niteni gejala alam yang berulang-
ulang. Misalnya kalau banyak binatang turun dari gunung,
kalau banyak binatang yang biasanya tidak turun kok turun,
kalau itu terjadi kok terus tak lama gunung meletus. Maka itu
mereka titeni, mereka perhatikan dengan seksama. Lalu
mereka jadikan alamat. Mereka jadikan tanda, bahwa kalau
banyak binatang turun dari gunung maka gunung akan
meletus. Itu ilmu titen namanya Kang.
”Atau contoh seperti ini, polisi di dunia modern ini
sekalipun juga rnenggunakan ilmu titen. Misalnya untuk
mengetahui tersangka berkata jujur atau bohong ya dengan
ilrnu titen. Kalau mimiknya begini maka jujur. Kalau gagap dan
kelihatan berbelit-belit maka biasanya tidak jujur. Kalau tampak
polos terus apa adanya ditanya berulang-ulang jawabannya
sama maka biasanya jujur. Ya itu kan polisi berangkat dari ilmu
titen.
”Juga seorang psikolog banyak menggunakan ilmu titen.
Dengan melihat getar tangan seorang remaja, gaya bicara
psikolog yang canggih bisa mengetahui remaja itu pecandu
narkoba atau tidak.
”Terus lagi contoh ilmiah ilmu titen begini. Jika Kak Azzam
mengatakan kepada saya 1, 3, 5, 7, 9 maka saya akan
langsung bisa melanjutkan pasti berikutnya 11, 13,15,17. Ini
bukan berarti saya seorang wali yang serba tahu, yang tahu
sebelum sesuatu itu terjadi kemudian. Bukan! Karena saya
sudah mengamati angka-angka sebelumnya dan tahu struktur
sebelumnya.
304
”Jika orang dulu ada yang bisa memperkirakan selembar
daun nangka di depan rumah kapan jatuhnya. Dan
perkiraannya itu tepat, maka itu tidak terus langsung bid’ah
kak. Tidak terus langsung dikatakan dia dibisiki oleh jin. Tidak!
Itu ada ilmunya ya ilmu titen itu. Ilmu mengamati fenomena
alam yang dalam. Seseorang bisa memperkirakan kapan daun
nangka itu jatuh dan tepatnya hari apa adalah setelah orang itu
biasa mengamati daun nangka sebelumnya.
Dia menghitung sejak daun itu tumbuh lalu jatuh maka
perlu rentang waktu sekian masa. Kalau daun itu baru
berwarna begini, misalnya hijaunya agak muda belum hijau
tua biasanya baru berumur sekian hari. Dia tahu karena
memperhatikan. Karena niteni.
”Pepatah Arab yang terkenal itu man jadda wajada, siapa
yang giat pasti akan mendapatkan, kan juga berangkat dari
ilmu titen. Setelah sejarah membuktikan bahwa orang orang
yang berhasil di dunia ini sebagian besar adalah orang-orang
yang giat, orang-orang yang bersungguh sungguh, maka
kemudian orang Arab kuno menyimpulkan man jadda wa jada.
”Perkembangan ilmu titen yang canggih yang kemudian
melibatkan ilmu eksakta adalah ilmu falak, ilmu astronomi. Kok
manusia bisa tahu akan terjadi gerhana jnatahari? Kok manusia
tahu akan terjadi gerhana bulan? fKalau orang kuno dulu,
ketika ilmu pengetahuan belum benar-benar maju untuk
mengetahui itu ya mungkin rnurni dengan menggunakan
kejelian pengamatan pada alam. Pada bintang-
bintang. Sekarang ilmu itu sudah berkembang. Gerhana
matahari bisa diprediksikan dengan hitungan ilmu falak. Dasar
hitungan itu pada awalnya kan ilmu titen dulu Kak.
305
”Baik terakhir Kak, Rasulullah pernah menggunakan ilmu
titen. Kak Azzam tahu kapan? Yaitu ketika Rasulullah perang
badar. Untuk mengetahui jumlah pasukan kafir Quraisy
Rasulullah menggunakan ilmu titen. Yaitu dengan mengetahui
dulu jumlah onta yang disembelih setiap harinya. Ketika ada
yang memberi tahu beliau bahwa jumlah onta yang disembelih
setiap harinya adalah sepuluh maka beliau menyimpulkan
jumlah pasukan kafir Quraisy kurang lebih seribu orang.
Karena satu onta biasanya bisa untuk dimakan seratus orang.
Maka tinggal ngalikan saja. Sepuluh kali seratus ya berarti
seribu. Begitu Kak. Jadi ilmu titen yang disampaikan Bu’e tidak
terus bid’ah. Tapi rnemang...” Belum selesai Husna
menjelaskan Bu Nafis,
”Maksud Bu’e itu dengan ilmu titen itu ya kira-kira Seperti
yang diterangkan Husna itu lho Zam. Tapi ibu kan cuma tamat
SR saja.
Jadi Bu’e tidak bisa menjelaskan yang panjang rinci seperti
Husna yang sarjana.
”Begini lho Zam, alasan Bu’e berdasarkan ilmu titen
kenapa ibu tidak setuju dengan dua gadis itu begini.
Pertama Rina, gadis temannya adikmu itu memang
baik.Bu’e akui itu.
Sopan santunnya baik. Cuma ada satu hal yang ibu amati,
dan bu’e tidak cocok adalah ketika dia dulu menginap di sini,
bisa-bisanya habis shalat subuh tidur lagi. Padahal kita bertiga
tidak tidur. Dia lalu bangun jam tujuh pagi. Ini yang membuat
ibu tidak cocok.
Bagaimana kalau dia nanti jadi ibu bakda subuh tidur. Di
306
rumah orang saja nekat begitu apalagi nanti di rumah sendiri.”
’Tapi Bu, Rina pada waktu itu memang terlalu letih. Sehari
sebelumnya dia ada acara full di kampus.” Husna berusaha
membela Rina, meskipun ia juga tahu kebiasaan tidur setelah
shalat subuh itu masih dilanggengkan temannya itu sampai
saat itu.
”Ah apapun alasannya. Ibu tak peduli. Kata ayahmu dulu
kalau orang tidur habis subuh rezekinya dipatuk sama ayam,
jadi hilang! Terus itu Si Tika atau Kartika Sari yang jadi
penjaga kios Sumber Rejeki di pasar Klewer. Memang dia
cantik dan anggun. Saat kita dolan ke rumahnya juga baik
tutur bahasanya. Tapi Bu’e tidak suka caranya dia tertawa.
Tertawanya ngakak-ngakak seperti itu. Dia itu seorang gadis
masak tertawanya ngakak begitu. Kalau laki-laki masih agak
mending, mungkin masih agak bisa dimaklumi. Ini gadis.
Rasulullah saja kalau tertawa tidak ngakak-ngakak begitu.
Setelah mendengar dia tertawa seperti itu Bu’e langsung
kehilangan selera. Maaf, yang biasa tertawa begitu itu biasanya
perempuan murahan, pelacur.
Bukan Bu’e menganggap dia perempuan murahan bukan.
Ibu hanya menjelaskan kenapa bu’e tidak suka. Daripada Bu’e
punya menantu kalau setiap tertawa bu’e tidak suka dan setiap
dia tertawa bu’e langsung teringat perempuan murahan kan
lebih baik tidak bu’e iyakan.” Bu Nafis menjelaskan alasan-
alasannya. Tiba-tiba Lia keluar dari kamarnya.
”Kayaknya ramai nih diskusinya. Lia dengar dari kamar
tadi Mbak Husna bicara tentang ilmu titen dengan segala
penjelasannya. Tapi Lia lihat ya kak banyak di Jawa ini ilmu
titen yang memang masuk khurafat kak. Jadi bid’ah. Mungkin
ini yang dimaksud kak Azzam. Kalau yang kakak sampaikan
tadi memang ilmiah.” Kata Lia.
307
”Yang seperti apa itu Dik?” Tanya Husna.
”Ini misalnya ya dengan alasan ilmu titen juga. Di daerah
Solo dan sekitarnya ini kan ada pantangan anak pertama
menikah dengan anak ketiga. Di daerah Semarang sana ada
pantangan anak pertama menikah dengan anak pertama. Kata
orang-orang tua juga dasarnya ilmu titen itu.
”Pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga di
Solo disebut lusan. Nomer telu artinya tiga menikah dengan
nomor pisan, artinya satu. Katanya kalau nekat menikah nanti
salah satu dari orang tua pengantin putra atau pengantin putri
akan mati.
”Kalau di Semarang anak pertama tidak boleh menikah
dengan anak pertama karena nanti kehidupan rumah
tangganya tidak bahagia.” Lia menjelaskan.
”Sebenarnya itu juga yang mau Mbak Husna jelaskan tadi
Dik. Tapi keburu dipotong sama Bu’e. Begini memang ada
yang dianggap ilmu
titen, tapi sebenarnya ilmu pengawuran.
Ilmu gatuk-gatuk, cuma
mencocok cocokkan peristiwa yang
mentah sepintas saja terus diambil kesimpulan. Terus
dinamakan ilmu titen. Yang seperti ini tidak ada landasan
ilmiahnya. Kalau ilmu titen yang sebenarnya itu bisa diuji
keilmiahannya. Fakta dan datanya bisa dijelaskan. Teorinya
bisa didefinisikan. Lha yang cuma menggatuk-gatukkan tanpa
penelitian mendalam ini yang repot. Apalagi kalau sudah
dimitoskan.
Jadilah khurafat.
”Contohnya ya pantangan anak ketiga menikah dengan
308
anak pertama itu. Itu mitos yang tidak ada dasarnya. Itu
khurafat yang menyesatkan memang Mbak juga sepakat. Bisa
jadi dulu ada orang yang sangat ditokohkan di masyarakat
punya anak pertama dinikahkan dengan anak orang lain
nomor tiga. Setelah akad nikah salah satu dari orang tua
pengantin itu meninggal dunia. Yang memang telah tiba
ajalnya.
Terus orang mengatakan itu karena sebab pernikahan itu
pernikahan anak pertama dengan anak ketiga. Karena itu
menimpa seorang tokoh zaman itu jadi terkenal. Terus
dipercaya, dijadikan pantangan.
Terus jadi mitos sampai sekarang.
”Yang juga perlu kita harus perhatikan juga. Ada ilmu titen
yang dulu pas untuk zamannya, pas untuk masanya. Namun
dengan perkembangan zaman ilmu titen itu sudah tidak pas
lagi. Maka manusia harus berpikir lagi, berijtihad lagi. Jangan
tetap nekat menggunakan ilmu titen yang tidak pas itu?” Azzam
yang sejak tadi diam saja. Kali ini angkat suara,
”Contohnya apa itu Dik? Kelihatannya yang ini menarik.”
”Contohnya ini Kak, dulu ketika ekosistem alam masih
seimbang.
Gas kaca di angkasa sana tidak merajalela seperti
sekarang. Ozon belum bolong. Ada ilmu titen yang oleh orang
Jawa disebut pranata
mongso. Pembagian masa dalam satu
tahun untuk bertani. Ada masa
untuk mencangkul membalik
tanah, ada masa untuk menanam, ada masa untuk menyiangi,
dan ada masa untuk panen. Hitungannya selalu tepat. Kenapa?
Karena ekosistem alam pada masa itu masih seimbang.
309
Sehingga musim hujan bisa diprediksi kapan datang.
Musim panas juga bisa diprediksi berapa panjang. Dulu
ada ungkapan desember itu maknanya deres-derese sumber,
atau besar-
besarnya sumber. Karena air ada di mana-mana. Terus Januari
adalah hujan sehari-hari. Karena memang hampir tiap hari
hujan. Itu semua memakai ilmu titen. Dan itu terukur. Benar.
”Tapi zaman telah berubah. Sekarang hutan sudah
gundul. Gas kaca hampir menyelimuti seluruh angkasa. Ozon
bolong-bolong. Dan terjadilah pemanasan global. Akhirnya
siklus perubahan musim di dunia ini jadi tidak jelas. Kita tidak
bisa lagi mengatakan Januari hujan sehari hari. Sebab tahun
lalu saja ketika masuk bulan Januari daerah Blora malah masih
kemarau panjang. Belum hujan. Sampai diciptakan hujan
buatan. Terus kadang-kadang bulan Juli tiba-tiba hujan di
beberapa kota. Para petani sudah kehilangan patokan.
Mereka bingung. Kapan harus mencangkul kapan harus
menanam, dan kapan harus panen, mereka tidak tahu. Maka
di sini kesimpulan ilmu titen terdahulu harus diubah. Manusia
harus mengamati lebih dalam lagi gejala-gejala alam supaya
hidup dengan seiahtera. Di sini manusia harus ikhtiar dan
bekerja keras. Kalau tetap mendasarkan pada kesimpulan
orang dulu ya semua kacau. Karena zamannya telah berubah.
Dulu waktu kita kecil Kartasura kan masih cukup sejuk
sekarang sudah panas luar biasa menyengat. Salatiga dulu kita
kedinginan kalau rekreasi ke sana. Sekarang sudah mulai
panas.”
”Terima kasih Dik. Penjelasanmu membuka satu wawasan
baru bagi Kakak. Kakak jadi banyak belajar dari diskusi kita
malam ini. Kita tidak boleh tergesa-gesa menghukumi sesuatu.
310
Segalanya harus dilihat dengan seksama dan detil. Semua ada
ilmunya. Terus apa yang harus kakak lakukan berkaitan
dengan permintaan Bu’e untuk segera menikah?” Lia
menjawab,
”Ya terus berikhtiar Kak. Sampai menemukan yang terbaik
buat kakak dan bu’e cocok.”
”Ini Husna ada masukan lagi. Husna punya teman kerja di
radio.
Sudah menikah. Lha suaminya itu punya adik perempuan
lulusan Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia. Namanya
Milatul Ulya.
Biasa dipanggil Mila. Dia sekarang bekerja di sebuah bank
syariah di Surabaya. Kalau kakak mau, saya bisa minta
datanya lebih detil sekaligus fotonya.” Husna memberi harapan
pada kakaknya.
”Boleh. Bagaimana Bu’e?” Ucap Azzam.
”Iya boleh saja.” Ucap Bu Nafis
”Eh cantik tidak Kak Husna?” Tanya Lia.
”Yang ditanya kok mesti cantiknya.” Tukas Husna.
Setidaknya Kak Azzam harus dapat isteri yang cantik.
Harus gak boleh kalah dengan Eliana. Lha wong sudah
diisukan dekat dengan Eliana kok terus dapatnya terlalu jauh
cantiknya kan jadi jegleg.
Turunnya terlalu jauh. Sebagai adik Lia juga ingin punya
311
kakak ipar cantik. Tapi tetap yang shalihah. Betul begitu Kak
Azzam?” Ujar Lia ’Tidak. Tidak harus cantik. Dan tidak harus
secantik Eliana. Yang penting ketika kakak memandangnya
suka itu saja. Cantik bukan yang Kakak cari. Yang kakak cari
adalah orang yang bisa menjadi penolong kakak untuk
beribadah yang sebaik-baiknya kepada Allah di dunia ini.
Orang yang juga bisa membantu kakak meraih derajat yang
tinggi di akhirat nanti.” Sahut Azzam menerangkan kriteria
calon isterinya.
”Itu baru jawaban lulusan Al Azhar! Baik Kak, besok
Husna akan minta datanya Si Mila itu, syukur ada fotonya
sekalian.”
312

Tidak ada komentar:

Posting Komentar